Kamis, 26 April 2018

Jalan berliku

semuanya bermula dari langkah kaki yang tak pernah berhenti untuk terus berlari dari sebuah kenyataan yang pernah aku alami.
yahh kenyataan yang mungkin aku sangat sakit jika merasakannya. ada banyak hal yang salah yang aku lakukan dan aku sadari itu.
itu semua bukanlah menjadi kehendakku, semua berjalan begitu saja dan begitu cepat hingga ketika aku berhenti disuatu titik aku merasa ini salah, namun aku sulit untuk menghentikannya. jalan berliku ini terkadang sungguh sebuah pilihan yang sulit, namun terkadang aku menikmatinya.
aku menikmati kesendirian ini, aku menikmati kegalauan ini dan aku menikmati perasaan ini. ada bnayak hal yang terkadang aku tidak mengerti namun aku tetap menjalaninya, ya aku menjalaninya dengan perasaan gamang yang bagaikan berjalan diatas angin tidak menapak pada tanah dan bumi, melayang.
jika aku katakan ini tidak adil bagiku, maka aku sangat berdosa karena aku mengingkari nikmat yang Allah berikan kepadaku.
jika aku katakan aku tidak ingin ini terjadi kepadaku, namun ini sudah menjadi kehendak dari yang Maha Kuasa, dan aku harus menjalaninya. adakah cara yang lainnya agar aku dapat keluar dari zona tidak nyaman ini? ya tentu saja ada.
ada jika aku berani mengambil langkah keluar dan berani mengambil keputusan yang tidak akan aku rubah lagi. ya hanya itu. atau aaku harus menunggu semua ini berakhir dengan sendirinya. 
padahal entah sampai kapan semua ini akan berakhir dengan sendirinya.. jika maut yang mencabutnya..
hayy,,, bukankah selama ini aku selalu hidup mandiri dan aku pasti bisa mengatasinya.. 
bukan aku tidak membutuhkan orang lain dalam hidupku, namun aku hanya perlu membatasi siapa dan bagaimana aku bersikap pada masalahku dan aku mengatasinya dengan caraku sendiri.
bukankah aku memiliki pendamping, pasangan hidup.. ya aku memilikinya, namun aku tidak mendapatkannya.. mungkin bagiku lebih nyaman aku bercerita tentang hariku masalahku pada tembok, yang dia tidak akan berbicara yang menyakitiku. meski hanya diam itu akan lebih baik daripada aku mendengar jawaban yang menyakitkanku, apakah selalu seperti itu, ya tentu saja 11 tahun ini cukup mengajarkanku bagaimana aku harus bersikap didalam rumahku dan bagaimana aku harus menyelesaikan semua masalahku sendiri.
dan mungkin bagi sebagian orang ketika ingin menangis mereka memiliki pundak untuk menumpahkannya, dan aku sedari kecil aku tidak memiliki pundak dan dada untuk memeluk dan menenangkanku. dan mungkin bagiku bantal dan tembok lebih berharga disaat aku membutuhkan pelukan dan sandaran.ya bantal selalu ada ketika aku ingin menangis.
terkadang aku berfikir terlalu berat jalan n]berliku yang aku hadapi, namun ketika aku menoleh kesekelilingku, aku merasa lebih sedikit beruntung. ya aku beruntung karena aku masih bisa menguasai diriku sendiri "terkadang". dan aku lebih beruntung karena masih ada hal yang lebih rumit yang orang lain miliki.
ya itu tandanya aku tetap harus lebih banyak bersyukur atas apapun itu, dan itu menjadi penguatku.
aku harus melupakan kebaikan yang pernah aku lakukan dan juga melupakan dosa kesalahan oranglain. dan aku harus selalu mengingat kebaikan orang lain agar aku selalu dapat berterimakasih pada oranglain, hidupku yang entah dari mana aku mulai mengacaukannya akan tetap aku perbaiki, akan tetap aku jalani sebaik mungkin sendirian, dan aku rasa itu lebih baik.
entah ini hanya perasaanku saja atau ini sebuah logika yang aku hadapi selama ini. well aku rasa aku memang tidak memiliki siapapun yang perduli terhadapku, baik itu pendamping maupun keluargaku. aku merasa mereka sangat jauh. aku sudah berusaha semaksimal mungkin melakukan yang terbaik namun aku merasa mereka mengacuhkanku dan mencariku ketika ada masalah ketika mereka membutuhkanku, namun, bagaimana disaat aku membutuhkan mereka dan mereka hilang begitu saja. yaa itula sebabnya aku harus lebih mandiri dan harus lebih kuat. terimakasih Tuhan telah mengajarkannku cara bagaiamana aku harus lebih banyak bersyukur dalam hidup agar aku selalu dapat menikmati hidupku.